Sejarah Desa

LEGENDA

ASAL USUL NAMA MLOWOKARANGTALUN

 

Dahulu kala, disuatu tempat berupa hutan semak belukar yang dihuni oleh binatang liar, hidup dengan penuh kedamaian. Tanah yang berupa padang luas tersebut merupakan pinggiran pegunungan kecil yang semakin kebawah merupakan tanah datar yang kemudian berujung pada aliran sungaikecil yang setiap waktu mengalirkan airnya.

Dalama yang berupa hutan kecil tersebut hiduplah sekelompok hewan Rusa atau Kidang yang populasinya paling banyak diatara hewan-hewan yang lain.

Di pinggiran perbukitan terdapatlah “Mata Air” atau “Sumber Banyu” besar yang disekitarnya hidup pohon yang buahya enak dimakan, salah satunya adalah yang paling disukai orang yaitu buah “MULWO” atau “MLOWO” semacam buah Sirsat atau Sikaya.

Kemudian sesuai dengan peradaban kehiduapn manusia pada jaman itu, hiduplah sekelompok orang yang mengembara (hidup pindah-pindah) sampaialh di tempat yang ada sumbernya itu mereka merasa senang dan hidup dengan tenang disitu.

Namun suatu hari, terjadi pertengkaran diantara pemuka yang ada dalam kelompok orang tersebut masing-masing berebut hak atas keberadaan sumber dan buah MULWO dengan dalih saling mengkalim mereka yang menemukan pertama.

Seperti umumnya hidup manusia, saat sesuatu itu belum kelihatan manfaat dan hasilnya pada umumnya acuh dan tidak perduli tetapi setelah kelihatan menghasilkan dan mempunyai nilainya serentak mengaku merekalah yang merasa berjasa dan mengaku lebih, begitulah kodrat alam yang terjadi sampai sekarang.

Terjadilah perpecahan antara mereka dan akhirnya terpisah menjadi dua kelompok kecil, yang sabagian tinggal di semak yang banyak hidup binatang Rusa san sebagian lagi tinggal sisebelah timur sumber air. Antara dua kelompok tersebut seperti dibatasi sumber air dan pohon Mulwo.

Kedua kelompok saling membenci dan bermusuhan, masing-masing pemuka saling berikrar “ dari anggota kelompoknya dilarang mengadakan hubungan apapun apalagi sampai ada pernikahan antara dua kelompok, itu sebuah pantangan dan larangan keras”

Hal pantangan mengadakan hubungan pernikahan antara kedua kelompok berlaku turun temurun, kehidupan kelompok terpecah sebelah timur ditempat yang lebih rendah mengklaim dialah yang menemukan sumber air dan pohon Mulwo, maka akhirnya kelompok tersebut bernama kelompok Mulwo yang nantinya menjadi sebutan Padusunan Mlowo.

Sepertihalnya kelompok yang berada ditempat yang lebih tinggi dan lapang, mulai saat itu menganggap tanah tersebut sebagai tempat kediamannya. Dengan tekun mengolah dan menata tanah tersebut menjadi pemukiman. Tanah lapang dalam bahasa Jawa Kuno disebut “karang” sedang binatang tersebut dihuni Rusa/Kidang dengan bahasa kuno Kidang sama dengan Talun, maka tanah yang dihuni Kidang/Talun tersebut akhirnya menjadi sebutan “Karangtalun”, konon antara kedua kelompok melai hidup dengan cara masing-masing dan tanpa ada hubungan lagi walau asalnya dari satu kelompok begitulah sampai turun temurun.

Pada jaman ke jaman terjadilah susunan kelompok baru yang disebut kelompok Kebayan, antara lain Kebayan Ngrapah,Kebayan Krajan dan Kebayan Coran. Seiring dengan perkembangan peradaban keberadaan kelompok menjadi satu padukuhan sebagai cikal bakalnya sebuah desa yang disebut “MLOWOKARANGTALUN” yang berasal dari polemik antara kelompok MULWO dengan Kelompok KARANGTALUN. 

Riwayat perjalanan Desa MLOWOKARANGTALUN menurut ingatan para sesepuh dan penerus alur cerita adalah sebuah desa yang tertata dan mempunyai banyak arti Konon ada yang menyebut MALUWOPATI mungkin yang dilatar belakangi dengan legenda Prabu Angkling Dharma, Namun jaman prasejarah cikal bakal nama adalah adanya sebutan MLOWO dari nama buah MULWO dan sebutan KARANGTALUN dari nama KARANG (tempat yang lapang) dan TALUN (Rusa). Tempat yang terdapat sumber air dan pohon MULWO sekarang ditempati Balai Desa.

Adapun para Kepala Desa yang memimpin adalah :

No

Nama Kades

Nama Sekdes

1.

2.

3.

4.

 

5.

6.

7.

Yoto

Pagi (Dongkol Abang)

Wiryo

Padi (1955-1989)

 

Wiyono (1990-2000)

Antonius Priyono

Lapiyo (2013 s/d sekarang)

 

Pagi (Dongkol Abang)

-

Yatmo

Yatmo diteruskan Sariyun diteruskan Domo

Domo (s/d 2002)

Wahyu Hudiyono

Wahyu Hudiyono (sekarang)

Legenda : Dikumpulkan dan diriwayatkan dari berbagai sumber